Hukuman negosiasi lebih efektif untuk anak
Oleh Niki N. Fitri,Psi
Kebanyakan
para ortu menghukum anak tanpa syarat. Ayah atau Bunda langsung
menentukan hukuman dan tidak memberi kesempatan pada anak untuk memilih
atau menjelaskan kenapa ia harus dihukum."Kalo kamu tidak segera mandi, nanti Bunda pukul, loh". Padahal
ini salah besar karena tanpa sadar kita membiarkan anak-anak kita
belajar kekerasan baik lewat kata-kata ataupun tindakan.
Tahukah
ayah bunda hukuman menjadi efektif bila ada negosiasi. Si kecil akan
tahu konsekuensi di depan, bila tidak melakukan X kemungkinannya
Y.Konsekuensipun kesannya dua arah, sehingga anak punya andil dan paham
kalau dia tidak melakukan sesuatu, dia akan mendapatkan ini.Misalnya
anak mau belajar makan sendiri, negosiasinya ia tidak boleh membawa
piring sambil berlari. Kalau tetap melakukannya nasi akan berceceran.
Nah ajak ia mengambil nasi yang tercecer, itu sudah merupakan hukuman
bagi dia. Dalam mendidik anak amat disarankan untuk menggunakan reward
daripada punishment.
Punishment
juga berarti mengambil hak si anak, yang tadinya boleh jadi tidak
boleh. Sebaiknya berilah anak alternatif sehingga ia memiliki sesuatu
untuk dapat dilakukan. "Karena tadi kakak memukul adek sampai menangis, maka sore ini kakak nggak boleh main sepeda, tapi boleh menggambar di kamar!". Dengan demikian si anak tahu kenapa ia dilarang main sepeda.
Sesekali
boleh saja mengabulkan keinginan si kecil dengan catatan tetap dengan
negosiasi. Jika si anak bersikeras ingin makan coklat di malam hari,
sementara kita tahu dapat merusak giginya. Ayah/bunda bisa katakan, " Baik, kakak boleh makan coklat, tapi setelah itu sikat gigi dan kumur agar gigi kakak tidak rusak". Dengan begini akan membuat anak tahu bahwa pendapatnya dihargai namun dengan konsekuensi.
Lakukan
konsekuensi secara konsisten, ketika si anak melakukan kesalahan segera
beri konsekuensinya. Prinsipnya adalah ada sebab ada akibat atau ada
aksi ada reaksi.
Jika
aksi ditambah reward maka akan menjadi penguat bagi anak untuk
mengerjakan lebih baik lagi , sementara aksi yang ditambah punishment
diharapkan tidak menimbulkan reaksi kembali.
Jika
reward dan punishment hanya datang kadang-kadang saja akan membuat anak
bingung, maka ayah/bunda lakukanlah dengan konsisten. Tentu saja hal
ini butuh waktu dan kesabaran. tapi demi si buah hati tak ada yang
sia-sia.. selamat mencoba Ayah & Bunda...
sumber: nakita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar